Sahabat dari pandangan juga perlu diketahui umum. Imam Al-Ghazali berpesan kepada anak lelakinya: “Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:
1. Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu.
2. Jika engkau memerlukan pertolongan daripadanya, dia akan membantu kamu.
3. Jika engkau menghulur sesuatu kebaikan kepadanya, dia akan menerimanya dengan baik.
4. Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas balik persahabatan kamu.
5. Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan membantu kamu.
6. Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu, dia akan menutupnya.
7. Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu.
Oleh itulah, seorang sahabat yang paling baik adalah apabila kamu melihat wajahnya, kamu
akan teringat akan Allah, mendengar kata-katanya menambahkan ilmu agama,
melihat gerak-gerinya teringat akan kematian. Keunikan tentang persahabatan ini juga boleh dilihat melalui Nabi Muhammad s.a.w. Ada empat sahabat nabi yang amat
dikenali ramai, yang kemudiannya telah memimpin masyarakat Islam sepeninggal Nabi, iaitu
Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali. Kesemua mereka ini terlalu mempunyai komitmen tertinggi dalam memperjuangkan dakwah Muhammad s.a.w. Setiap apa sahaja yang dilakukan oleh nabi s.a.w, mereka akan ikut dan lakukan. Dalam persahabatan mereka ini, tidak pernah terjadinya konflik yang boleh memudaratkan persahabatan yang terjalin. Mereka
itu semua adalah orang-orang yang setia, sehingga pada saat nabi masih
hidup, sekalipun sedemikian berat, perjuangan nabi selalu berhasil
dengan gemilang atas sokongan sahabat baginda.
Persahabatan seperti itu, memang seharusnya dicontohi oleh kita semua.
Persahabatan dalam Islam ini hakikatnya diikat oleh tali keimanan dan kasih sayang di
antara mereka.
Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah, dalam membangu
persahabatan didasari oleh kecintaan pada Allah dan rasulnya. Oleh
karenanya, ikatan itu lebih konsisten, mantap dan istiqomah. Persahabatan
dalam Islam dibina sepanjang waktu, baik dalam kegiatan spiritual mahupun
dalam kegiatan sosial. Dalam kegiatan spiritual misalnya, setiap solat lazimnya bacaannya diakhiri dengan mengucap salam ke kanan dan ke kiri.
Ucapan salam itu berisi doa, memohon agar keselamatan dan rakhmat Allah
selalu melimpah kepada saudaranya sesama muslim.
Dalam
kegiatan ritual, tergambar bahwa seorang muslim
tidak hanya berharap mendapatkan keselamatan bagi dirinya sendiri dan
keluarganya, melainkan keselamatan bagi seluruh kaum muslimin. Demikian
pula, dalam berbagai doa’ yang diucapkan, kaum muslimin selalu
menyempurnakan doanya terhadap seluruh kaum muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Persahabatan kaum muslimin, sesungguhnya secara doktrin, diikat secara kukuh dalam waktu yang amat panjang, baik di dunia maupun akhirat.
Hubungan sesama kaum muslimin juga dibangun sebagaimana membina sebuah bangunan
rumah, antara bahagian satu dengan bahagian lainnya yang saling memperkukuh.
Selain itu juga diumpamakan bagaikan tubuh, maka jika sebagian sakit
maka yang lainnya akan merasa sakit, dan demikian juga sebaliknya.
Oleh sebab itulah, kita perlu mencintai persahabatan yang kita ada. Janganlah akibat sang kekasih tidak menyukai persahabatan kita, sewenang-wenangnya kita memuuskannya, Hal ini sudah tentu salah. Kita semua perlu ingat, kadang-kadang dalam 100000 kawan susah ingin mendapatkan kawan yang benar-benar jujur dan ikhlas dengan kita NAMUN kekasih yang seorang itu saja lebih susah dari menjaga 1000000 orang sahabat. Hargailah persahabatan yang dibina, ikatkan dan simpulkanlah ukhwah yang terjalin, persetankan pegaduhan, perdulikan kekejaman, kita perlu patuh kepada keamanan dan apa yang dituntut dalam agama kita. Wallahualam~
~by Misa~
No comments:
Post a Comment