Sahabat dari pandangan juga perlu diketahui umum. Imam Al-Ghazali berpesan kepada anak lelakinya: “Wahai anakku, sekiranya engkau berasa perlu untuk bersahabat dengan seseorang, maka hendaklah engkau memilih orang yang sifatnya seperti berikut:
1. Jika engkau berbakti kepadanya, dia akan melindungi kamu.
2. Jika engkau memerlukan pertolongan daripadanya, dia akan membantu kamu.

4. Jika engkau rapatkan persahabatan dengannya, dia akan membalas balik persahabatan kamu.
5. Jika engkau merancangkan sesuatu, nescaya dia akan membantu kamu.
6. Jika dia melihat sesuatu yang tidak baik daripada kamu, dia akan menutupnya.
7. Jika dia mendapat sesuatu kebajikan (bantuan) daripada kamu, dia akan menghargai atau menyebut kebaikan kamu.

Persahabatan seperti itu, memang seharusnya dicontohi oleh kita semua.
Persahabatan dalam Islam ini hakikatnya diikat oleh tali keimanan dan kasih sayang di
antara mereka.
Islam sebagaimana yang telah dilakukan oleh Rasulullah, dalam membangu
persahabatan didasari oleh kecintaan pada Allah dan rasulnya. Oleh
karenanya, ikatan itu lebih konsisten, mantap dan istiqomah. Persahabatan
dalam Islam dibina sepanjang waktu, baik dalam kegiatan spiritual mahupun
dalam kegiatan sosial. Dalam kegiatan spiritual misalnya, setiap solat lazimnya bacaannya diakhiri dengan mengucap salam ke kanan dan ke kiri.
Ucapan salam itu berisi doa, memohon agar keselamatan dan rakhmat Allah
selalu melimpah kepada saudaranya sesama muslim.
Dalam
kegiatan ritual, tergambar bahwa seorang muslim
tidak hanya berharap mendapatkan keselamatan bagi dirinya sendiri dan
keluarganya, melainkan keselamatan bagi seluruh kaum muslimin. Demikian
pula, dalam berbagai doa’ yang diucapkan, kaum muslimin selalu
menyempurnakan doanya terhadap seluruh kaum muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati.
Persahabatan kaum muslimin, sesungguhnya secara doktrin, diikat secara kukuh dalam waktu yang amat panjang, baik di dunia maupun akhirat.
Hubungan sesama kaum muslimin juga dibangun sebagaimana membina sebuah bangunan
rumah, antara bahagian satu dengan bahagian lainnya yang saling memperkukuh.
Selain itu juga diumpamakan bagaikan tubuh, maka jika sebagian sakit
maka yang lainnya akan merasa sakit, dan demikian juga sebaliknya.

~by Misa~
No comments:
Post a Comment